Rabu, 16 Februari 2011

Pengikut Aliran Moga Diultimatum
Bakor Pakem Sepakat Bikin SKB
Padang Ekspres  Berita Agama  Rabu, 16/02/2011 - 21:48 WIB  Fajar Rillah Vesky
Badan Kordinasi Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat (Bakor Pakem) Kota Payakumbuh dan Kabupaten Limapuluh Kota, mengultimatum seluruh pengikut Thariqat Naqshabandiyah Al-Khalidiyah atau aliran Moga alias Dermoga, agar menghentikan aktifitas dakwah yang mereka lakukan, sekaligus kembali kepada ajaran Islam, sesuai dengan tuntutan Al-Qur'an dan Al-Hadist.

"Pengikut aliran Moga harus segera menghentikan aktifitas dakwah yang mereka lakukan, baik di Kelurahan Padang Tangah Payobada, Nagari Aiatabik, Kecamatan Payakumbuh Timur, maupun di Jorong Subarang, Nagari Taram, Kecamatan Harau," kata Ketua Bakor Pakem Payakumbuh dan Limapuluh Kota Tri Karyono, selepas memimpin rapat Bakor Pakem di aula Kejaksaan Negeri Payakumbuh, Rabu (16/2) siang.

Rapat Bakor Pakem itu sendiri dihadiri Walikota Payakumbuh Josrizal Zain, Kapolres Payakumbuh AKBP S Erlangga, Kasdim 0306 Limapuluh Kota Mayor Inf Isnaini, Kasat Intelkam AKP Zulman Efendi, Kepala Kesbangpol Limapuluh Kota Hidayatul Rusyda, dan Kepala Kesbangpol Payakumbuh Atur Satria.

Selain itu juga hadir Ketua MUI Limapuluh Kota Syafrijon Azwar, Ketua Komisi Fatwa MUI Payakumbuh Mismardi, Kepala Satpol PP Payakumbuh Rida Ananda, Kepala Satpol PP Limapuluh Kota Nasrianto, dan sejumlah anggota Komunitas Intelijen Daerah (Kominda).

Menurut Tri Karyono yang juga Kejari Payakumbuh, larangan terhadap pengikut aliran Moga untuk menghentikan aktifitas dakwah juga akan dituangkan dalam bentuk Keputusan Bersama (SKB) pemerintah kedua daerah. "Insya Allah, dalam dua atau tiga hari ini, SKB itu sudah diterbitkan. Dengan ditandatangani walikota, bupati, ketua Bakor Pakem, dan Kemenag kedua daerah," kata Tri Karyono.

Walikota Payakumbuh Josrizal Zain mengaku sepakat dengan penerbitkan SKB Bakor Pakem yang diketahui pemerintah kedua daerah di Luhak Limopuluah. Menurut Josrizal Zain, Islam adalah agama yang paling toleran. Ummat Islam juga sangat menghargai pemeluk agama lain. Tapi ummat Islam juga tidak ingin, agamanya sendiri 'dinistakan' oleh kelompok-kelompok tertentu.

"Makanya, kita sangat sepakat sekali dengan penerbitan SKB. Sebab kita menyadario, saat ini memang dibutuhkan tindakan tegas terhadap aliran Thariqat Naqshabandiyah Al-Khalidiyah atau aliran Moga yang sudah dinyatakan MUI sebagai aliran sesat. Tindakan tegas kita ambil untuk menghindari terjadi aksi anarkisme massa," ujar Josrizal Zain pula.

Jumat, 04 Februari 2011

Mental Jelek Ketua PSSI

Menpora Dorong Usut Dugaan Suap Nurdin
JPNN  Berita Olah Raga  Jumat, 04/02/2011 - 22:35 WIB  JPNN
JAKARTA—Menteri Pemuda dan Olahraga, Andi Malarangeng mendukung aparat kepolisian mengungkap kasus dugaan suap dana APBD yang diterima Ketua Umum PSSI Nurdin Halid. Pasalnya, munculnya nama Nurdin Halid berasal dari fakta persidangan korupsi dana APBD sebesar Rp1,7 miliar yang dilakukan mantan manajer Persisam Samarinda, Aidil Fitri.

‘’Kalau memang ada fakta persidangan harus diproses. (Menpora) tidak perlu mendesak, pasti polisi sudah akan inisiatif untuk menyelidiki kasus ini. Karena inikan fakta persidangan,’’ tegas Andi kepada wartawan di Jakarta, Jumat (4/2).

Dalam kasus ini sendiri, Pengadilan Negeri Samarinda telah menjatuhkan vonis satu tahun penjara bagi Aidil karena terbuki korupsi. Dugaan keterlibatan Nurdin dan Presiden Direktur PT Liga Indonesia Andi Darussalam dibeberkan Ketua Majelis Hakim yang menyidang Aidil, Parulian Lumbantoruan. Hakim menyebut Nurdin dan Andi masuk dalam 35 daftar pembayaran fiktif yang dilakukan Aidil dengan total pembayaran Rp 1,78 miliar.

Dalam pertimbangannya, Majelis Hakim menyebutkan Nurdin menerima uang sebesar Rp100 juta dan Andi Darussalam, Direktur Liga Indonesia disebutkan telah menerima Rp80juta.

Andi Mallarangeng menegaskan, bahwa pihaknya selalu mendukung proses hukum dijalankan sesuai dengan ketentuan yang ada. Bila memang terbukti ada keterlibatan, maka sesuai dengan sportifitas dalam dunia olahraga, semua pihak harus dapat menerimanya.

‘’Kalau soal fakta hukum, dunia olahraga juga menghormatinya. Untuk meningkatkan good governance, kalau ada fakta hukum maka wajar sekali jika dilakukan proses sesuai dengan aturan hukum yang berlaku,’’ kata Andi.

Namun demikian saat ditanyakan pendapatnya, apakah Nurdin Halid yang disebut terlibat sepatutnya tidak maju mencalonkan diri dalam bursa pemilihan Ketua Umum PSSI periode mendatang, Andi enggan untuk menjawabnya.’’Saya belum bisa berkomentar soal itu,’’ ujarnya.

Ia hanya meminta agar seluruh pengurus besar cabang olahraga dapat terus meningkatkan tata pemerintahan yang baik. Terutama bagi klub-klub olahraga yang menerima dana melalui APBN dan APBD. Karena semua anggaran-anggaran tersebut harus bisa dipertanggungjawabkan. Selain itu kata Andi, dirinya sudah sepakat dengan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fausi untuk melarang penggunaan alokasi dana APBD bagi klub-klub profesional.

‘’APBD tidak lagi untuk klub profesional. Tidak masalah kalau untuk pembinaan olahraga yang bersifat pembinaan dini dan amatir. Tapi kalau klub profesional yang berprofit untuk mencari sponsor dan mendapat untung, maka tidak perlu lagi gunakan APBD. Kita belum tahu mulainya kapan karena perlu perubahan aturan secara permanen,’’ jelas Andi

kepres kebohongan kenaikan gaji PNS

Awas, Keppres Bodong Kenaikan Gaji PNS
JAKARTA - Jika sudah menyangkut Pegawai Negeri Sipil (PNS) ada saja pihak yang mengail di air keruh. Kali ini adalah aksi penipuan yang mengatasnamakan pemerintah dengan iming-iming kenaikan gaji.

Tak tanggung-tanggung, yang dicatut adalah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pasalnya, kini beredar Keppres Nomor 254 /VIII/10 Kepres No 254/VII/10, tertanggal 1 November 2010 tentang Perbaikan Gaji dan Tujangan PNS yang ternyata bodong alias palsu.

Dalam salinan Keppres palsu yang kini ramai beredar di kalangan aparatur negara itu disebutkan, gaji dan tunjangan PNS golongan I sebesar Rp 3 juta, sedangkan PNS golongan II bergaji Rp 5 juta. Untuk golongan IIIA-B gajinya Rp 7,5 juta, sedangkan golongan IIIC-D Rp 8,5 juta, golongan IVA-B Rp 9,5 juta, dan golongan IVC-E Rp 12 juta.

Yang membuat banyak pihak terbuai, dalam Keppres palsu itu disebutkan pula bahwa Gaji dan Tujangan PNS yang baru itu akan direalisasikan pembayarannya pada 1 April 2011. Namun disebutkan pula, tidak ada lagi pemberian uang pensiun.

Kepala Biro Humas dan Protokoler Badan Kepegawaian Negara (BKN), Budi Hartono, mengakui, isu Keppres 254 itu memang marak di daerah. Namun ditegaskannya bahwa tidak ada Keppres tersebut. "Saya sudah cek ke instansi yang berwenang, ternyata itu belum ada," kata Budi, Jumat (4/1).

Dijelaskannya, gaji PNS, TNI/Polri diatur dengan Peraturan Pemerintah (PP). Sedangkan Keppres hanya untuk mengatur tunjangan. "Kan aneh ya, di dalam Kepres 254 itu disebutkan tentang perbaikan gaji PNS dan tunjangan," ucapnya.

Mengenai tunjangan kinerja (remunerasi), diakui Budi, sudah keluar pada Desember lalu. Itupun tidak disebutkan nominalnya. Hanya disebutkannya, uang remunerasi diharapkan dibayar pada Januari-Februari 2011 ini.

"Kami berharap pegawai di daerah tidak mempercayai surat-surat seperti itu. Kalau menerima surat yang dirasa aneh, silakan konfirmasi ke BKN. Kami pasti akan mericeknya," sarannya. ( Sumber: Padang Ekspres )

Kamis, 27 Januari 2011

KISI-KISI UN 2011

http://banksoal.ujian.org/wp-content/uploads/downloads/2011/01/UN-2011-Lamp-Permen-No-46-th-20101.pdf

PTS



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Profesionalisme guru dalam dunia pendidikan dirasakan sangat penting, sehingga setiap ada dinamika kebijakan dalam pendidikan, guru sebagai faktor utama dalam transfer of knowledge, tanpa masalah bisa beradaptasi dengan cepat. Disamping dalam beradaptasi, guru juga menjadi salah satu variabel pengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa. Untuk menjadi berhasil, siswa harus menjalani proses pembelajaran yang serius, sungguh-sungguh dan menyenangkan. Kemudian, setiap akhir pembelajaran siswa dievaluasi pembelajarannya, sudah memenuhi kompetensi atau belum.
Jika kita mengharapkan siswa untuk memiliki kompetensi, maka yang memberikan pelajaran dan pendidikan pun harus orang yang kompeten, professional dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, guru sebagai pihak yang berhubungan langsung dengan murid juga harus selalu dinilai dan dievaluasi keberadaannya.
1
Masyarakat atau orang tua murid yang merasa bahwa anaknya (yang tidak lulus) itu pintar, melemparkan tudingan bahkan cenderung mencemooh bahwa gurunya tidak kompeten, tidak berkualitas dan harus ikut bertanggung jawab. sebagainya, manakala putra dan putrinya tidak bisa menyelesaikan persoalan yang ia hadapinya sendiri atau memiliki Profesionalisme tidak sesuai dengan keinginannya.
Sikap dan perilaku masyarakat tersebut memang bukan tanpa alasan, karena memang ada sebagian kecil oknum guru yang melanggar atau menyimpang dari kode etik. Anehnya lagi kesalahan sekecil apapun yang diperbuat guru mengundang reaksi yang begitu hebat di masyarakat. Hal ini dapat dimaklumi karena dengan adannya sikap demikian menunjukkan bahwa memang guru seyogyanya menjadi panutan masyarakat di sekitarnya.
Lebih dari sekedar panutan. Hal inipun menunjukkan bahwa bahwa guru sampai saat ini masih dianggap eksis, sebab sampai kapanpun posisi atau peran guru tidak akan bisa digantikan sekalipun dengan mesin canggih. Karena tugas guru menyangkut pembinaan sifat mental manusia yang menyangkut aspek-aspek sifat unik pada manusia dalam arti berbeda satu dengan yang lainnya.
Hanya saja masalahnya sekarang, sebatas manakah pengakuan masyarakat terhadap profesi guru, sebab kenyataannya masyarakat masih tetap mengakui profesi dokter atau hakim dianggap lebih tinggi dibandingkan profesi guru. Seandainya ukuran tinggi rendahnya pengakuan profesionalis tersebut adalah keahlian dan tingkat pendidikan yang ditempuhnya, gurupun ada yang setingkat atau sederajat dengan jenis profesi lain bahkan ada yang lebih. Kita akui bahwa profesi guru paling mudah tercemar dalam arti masih ada saja orang yang memaksakan diri menjadi guru walaupun sebenarnya yang bersangkutan tidak dipersiapkan untuk itu. Hal ini terjadi karena masih adanya pandangan sebagian masyarakat bahwa siapapun dapat menjadi guru, asalkan ia berpengalaman.
Rendahnya pengakuan  terhadap profesi guru di sebabkan oleh beberapa faktor berikut:
1.      Adanya Pandangan sebagian guru , dalam mengajar tanpa menggunakan perangkat.
2.      Perangkat pembelajaran dibuat tetapi implementasinya diabaikan .
3.      Kurangnya alat bantu dalam pelaksanaan pembelajaran.
Namun, semua upaya tersebut tidak akan membawa hasil tanpa peran serta guru, sebab tanggung  jawab dalam mengembangkan profesi pada dasarnya merupakan tuntutan kebutuhan pribadi guru, tanggung jawab mempertahankan dan mengembangkan profesinya tak dapat dilakukan oleh orang lain kecuali oleh dirinya sendiri.
Guru harus peka dan tanggap terhadap perubahan-perubahan pembaharuan serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang sejalan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman. Disitulah tugas guru untuk senantiasa meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan, meningkatkan kualitas pendidikannya sehingga pa yang diberikannya kepada siswanya tidak terlalu ketinggalan dengan perkembangan kemajuan zaman.
Perkembangan arus globalisasi yang kian derasnya, maka menuntut para guru untuk senantiasa memiliki kualitas sesuai dengan tugas yang diajarkannya” Guru Mata Pelajaran memiliki tugas yang cukup signifikan bagaimana membentuk generasi muda yang memiliki nilai ajaran Islam, sebagaimana yang telah dilakukan oleh para pejuang dan para ilmuan muslim.
Di samping itu ada gejala negatif yaitu guru yang mengajar Mata Pelajaran bukan dari jurusan Mata Pelajaran, sehingga terkesan memaksakan dalam mengajar. Namun demikian, upaya untuk memprofesionalkan Guru Mata Pelajaran tentu dilakukan, misalnya melalui penataran guru Mata Pelajaran, pelatihan dan pemantapan pengajaran Mata Pelajaran dan lain-lain.
Beberapa fenomena yang ada, patut diduga bahwa tingkat kompetensi profesionalisme sebagian guru Mata Pelajaran pada sekolah-sekolah tingkat menengah pertama selama ini hanya berkisar sekitar Profesionalisme berceramah didepan kelas belaka, metode penyampaian materi Mata Pelajaran yang cenderung monoton seperti ini biasanya akan mendorong para pengajar untuk mengambil pilihan kebiasaan belajar (cognitif preference) yang bermotif ekstrinsik, bukan intrinsik.
Salah satu aspek kemampuan guru yang berkaitan dengan hasil belajar siswa yaitu pemahaman terhadap psikologi siswa, karena dengan pemahaman psikologis dapat mengembangkan pembelajaran yang relevan dengan perkembangan siswa.

B.     Identifikasi Masalah
1.      Apakah Guru sebagai faktor utama dalam transfer of knowledge?
2.      Apakah supervisi klinis dapat meningkatkan profesnalisme  Guru?
3.      Bagaimana  tingkat kompetensi profesionalisme guru di SMP N 3 Banjar ?
4.      Bagaimana  guru merencanakan dan melaksanakan KBM di SMPN 3 Banjar ?
C.    Batasan masalah
Berdasarkan Latarbelakang dan Identifikasi  di atas maka permasalah dibatasi  sebagai berikut :
1. Tentang Penyusunan RPP dan Implementasinya
2.  Profesionalisme dalam Proses Belajar Mengajar.
D.    Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian batasan masalah di atas, penulis akan merumuskan masalah dalam pertanyaan sebagai berikut:
1.      Apakah Supervisi Klinis  dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam PBM  di SMP Negeri 3 Banjar ?

E.     Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1.      Mengetahui Profesionalisme Guru dalam PBM  di SMP Negeri 3 Banjar
2.      Mengtahui efektivitas Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran.
F.      Manfaat  Penelitian
Penulis berharap bahwa penelitian ini mampu memberikan sumbang saran dan pemikiran baik secara konseptual maupun praktis dalam rangka meningkatkan  profesionalisme guru melalui Supervisi Klinis.
1.      Bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pemikiran yang secara mudah dan sederhana dapat direalisasikan pihak sekolah dalam rangka meningkatkan profesional guru.
2.      Bagi guru
Penelitian ini diharapkan mampu mendorong guru Mata Pelajaran di SMPN 3 Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten Pandeglang khususnya, dan umumnya para guru di tingkat sekolah menengah.











BAB II

KAJIAN  PUSTAKA

A.    Kompetensi Profesionalisme Guru
1.     Pengertian Guru
Guru pada zaman Hindu berkembang di Indonesia, kira-kira abad kelima sampai abad kelima belas, bangsa Indonesia telah mengenal istilah ‘’guru”. “Guru pada Mata Pelajaran Hindu salah satu tugasnya adalah mengajar”. Guru pada jaman itu mendapat didikan di asrama ia menjadi pendeta dan ditugasi mengajar murid-murid dalam lingkungan asrama.
Di Sumatera pada zaman kolonial Hindia Belanda, dapat dijumpai istilah guru dengan panggilan “Tuan Guru”, yaitu panggilan terhormat yang disejajarkan dengan panggilan kepada bangsa Belanda, guru pada saat itu merupakan tempat masyarakat bertanya dan menjadi pola anutan dari segala bidang.
Pengertian guru berkembang sesuai perkembangan masyarakat Indonesia. Sejak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, kebutuhan akan pendidikan semakin meningkat, sehingga guru tidak hanya dipandang sebagai insan yang mempunyai tugas mengajar, tetapi juga sebagai pendidik.
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Bab VII pasal 27 dijelaskan bahwa tenaga pengajaran merupakan tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar, yang pada jenjang pendidikan dasar menengah disebut guru dan pada jenjang pendidikan tinggi diosebut dosen. Untuk dapat membedakan antara guru di sekolah dengan guru luar sekolah, atau guru secara formal dan nonformal, maka harus ditampilkan guru menurut istilah, adalah sebagai berikut:
a.       Poerbakawatja mendefinisikan guru adalah:
“Seorang yang memberi atau melaksanakan tugas pendidikan tugas untuk mendidik. Dalam kehidupan sehari-hari jika orang mengatakan Dia adalah seorang pendidik” biasanya dimaksud seorang pendidik yang baik. Orang tua atau guru seorang pemimpin Mata Pelajaran yang berhasil dalam usaha pendidikannya dapat disebut pendidik. Orang tua adalah pendidik atas dasar hubungan darah, guru atau pemimpin Mata Pelajaran adalah pendidik atas dasar jabatan atau kedudukan”.
b.      A. Sadali  mendefinisikan guru adalah:

“Individu yang akan memenuhi kebutuhan anak didik dalam bidang pengetahuan, melalui proses interaksi dalam rangka penyampaian dan penerimaan pendidikan, baik yang bersifat kognitif maupun psikomotor”.
c.       Dalam Kamus Besar Mata Pelajaran edisi kedua tahun l991
     dijelaskan: Guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya
     (mata  pencahariannya) mengajar.
            Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat dibedakan antara guru sekolah dengan guru luar sekolah.  Guru formal adalah guru yang bertugas untuk mengajar di sekolah maupun di perguruan tinggi berdasarkan surat keputusan. Sedangkan guru non-formal adalah guru yang melakukan kegiatan pengajaran di luar sekolah, seperti guru keterampilan atau guru mengaji.
2.     Kompetensi Profisionalisme Guru
Dalam Kamus Umum Mata Pelajaran yang disusun oleh W.J.S. Poerwadarminta “Kompetensi berarti kewenangan, kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal”.
Kompetensi guru merupakan Profesionalisme seseorang guru dalam melaksanakan kewajiban dengan didasari tanggung jawab dan layak. 
Sedangkan kata Profesional, berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian, dalam hal ini adalah keahlian guru. Nana Sudjana mengatakan, “Bahwa pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang harus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain”.
         Dengan bertitik tolak pada pengertian di atas, maka pengertian guru profisional adalah orang yang memiliki Profesionalisme dan keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan Profesionalisme maksimal. Atau dengan kata lain guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih secara baik, serta memiliki pengalaman yang banyak di bidangnya. Selanjutnya, dalam melakukan kewenangan profesionalnya, guru dituntut memiliki seperangkat Profesionalisme (competency) yang beraneka ragam.
         Dalam menjalankan tugas keguruannya, seorang guru yang berkompeten memiliki tiga jenis Profesionalisme yang ditampilkannya, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada aspek kognitif guru memiliki sejumlah pengetahuan dasar yang menjadikan ia berkualitas dalam menyajikan materi pelajaran, pada aspek afektif, Profesionalisme guru akan terlihat dari pendekatan-pendekatan yang digunakannya. Sedangkan pada aspek psikomotorik ia akan memiliki Profesionalisme dalam menyajikan materi pelajaran secara tepat.
3.     Fungsi dan Tugas Guru
Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan.” Dari dimensi tersebut, peranan guru sulit digantikan oleh orang lain, sedangkan dipandang dari dimensi pembelajaran, peranan guru dalam masyarakat Indonesia sangat dominan, dan dalam kondisi perkembangan teknologi yang modern pun fungsi dan tugas guru tidak bisa secara mutlak digantikan oleh teknologi.
Guru termasuk salah seorang yang paling disegani di masyarakat, artinya kedudukan guru tidak hanya di sekolah akan tetapi dalam kehidupan masyarakat pun guru tetap dijadikan panutan. Hal inilah yang menuntut guru untuk senantiasa memiliki kepribadian.
Di samping itu pula, guru dituntut untuk senantiasa mem- perhatikan dan melihat tanggung jawabnya, baik keberadaannya di sekolah maupun di masyarakat, sebab guru merupakan cermin bagi anak-anak di sekolah dan perbuatannya merupakan cermin bagi masyarakat.
a.      Fungsi guru
Menurut Cece Wijaya  bahwa fungsi guru terdapat lima macam, yaitu: (a) sebagai pendidik dan pengajar, (b) sebagai anggota masyarakat, (c) sebagai pemimpin, (d) sebagai pelaksana administrasi, dan (e) sebagai pengelola proses belajar mengajar. 
Di samping merealisasikan fungsinya seperti diuraikan di atas, guru juga dituntut menguasai berbagai metode, agar ia dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dapat mengoperasionalkannya secara baik dan benar, dan tidak monoton, karena apabila dengan satu metode akan mengakibatkan menghambat kemajuan siswa. Juga harus menguasai belajar mengajar baik di dalam maupun di luar kelas, agar kegiatan belajar mengajar berjalan dengan seefektif mungkin.
Menurut Nasution, guru yang baik memiliki sembilan kriteria berikut, yaitu:
1)                  Guru yang memahami dan menghormati murid;
2)                  Guru yang menghormati bahan pelajaran yang diberikannya;
3)                  Guru yang menyesuaikan bahan metode mengajar dengan bahan pelajaran;
4)                  Guru yang menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan individu siswa;
5)                  Guru yang mampu mengaktifkan murid dalam belajar;
6)                  Guru yang mampu memberikan pengertian dengan kata dan perbuatan;
7)                  Guru yang menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan murid;
8)                   Guru yang mempunyai tujuan tertentu dengan setiap pelajaran  yang diberikannya; dan Guru yang tidak text book dalam mengajar.
            Uraian di atas menggambarkan bahwa fungsi guru dalam dunia pendidikan cakupannya cukup luas, sehingga bagi mereka yang memposisikan dirinya sebagai guru, harus mempersiapkan diri secara optimal hal-hal yang berkaitan dengan kompetensi guru.
b.      Tugas Guru
Tugas guru menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 adalah sebagai berikut:
1)   Tenaga kependidikan bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola, dan atau memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan.
2)   Tenaga kependidikan meliputi: tenaga pendidik, pengelolaan, satuan pendidikan, peneliti pengawas, penilik dan pengembang dibidang pendidikan, pustakawan, laporan dan teknisi sumber belajar.
3)   Tenaga mengajar merupakan tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar, yang pada jenjang pendidikan tinggi disebut dosen.
     Memperhatikan teori di atas, berarti tugas guru terbagi kepada dua bagian, yaitu, tugas khusus sebagai pengajar, dan tugas umum sebagai pembantu administrasi sekolah.
     Mengenai hubungan tugas guru yang begitu berat, maka guru harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1)      Membina loyalitas pribadi dan peserta didik terhadap ideologi Negara Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945;
2)      Menunjung tinggi kebudayaan;
3)      Melaksanakan tugas penuh tanggung jawab dan pengabdian;
4)      Meningkatkan Profesionalisme profesional sesuai dengan tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan bangsa.
5)      Menjaga nama baik sesuai dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat, bangsa dan negara.
4.     Guru dan Siswa Dalam Proses Belajar Mengajar
Guru dan siswa sebagai bagian penting bagi kegiatan pendidikan, karena sungguhpun fasilitas pendidikan tersedia lengkap, tanpa guru dan siswa tidak akan belajar. Begitu pentingnya guru dan siswa dalam proses belajar mengajar, maka berikut ini akan penulis uraikan:
a.       Guru dalam Proses Belajar Mengajar
Dalam proses belajar mengajar, guru merupakan orang yang lebih bertanggung jawab dalam melakukan proses belajar mengajar. Oleh karena itu, keberhasilan belajar terletak pada Profesionalisme guru dalam menjalankan proses belajar mengajar ini.
Berbagai kesiapan perlu diperhatikan guru dalam proses belajar mengajar ini yaitu kesiapan mental (pengetahuan), keterampilan menggunakan alat-alat belajar mengajar persiapan bahan atau materi yang akan diajarkan dan masih banyak kesiapan lain yang berhubungan dengan belajar mengajar.

Ada tiga pokok dalam melaksanakan strategi mengajar yang harus diperhatikan, yaitu :
1)      Tahap mengajar;
2)      Pendekatan mengajar; dan
3)      Prinsip mengajar.

            Secara umum ada tiga tahapan pokok dalam strategi mengajar, meliputi: tahap pemula, tahap pengajaran, dan tahap penilaian serta tindak lanjut.     Sedangkan pendekatan mengajar, merupakan tahap pelaksanaan dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa pendekatan yang harus dilalui guru adalah:
1)      Pendekatan ekspositori atau model informasi. Pandangan ini bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku, kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru;
2)      Pendekatan discovery, yang bertolak dari pandangan bahwa siswa sebagai subyek dan obyek dalam belajar, mempunyai Profesionalisme dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan Profesionalisme yang dimiliki;
3)      Pendekatan interaksi sosial, yaitu lebih menekankan pada terbentukan hubungan antara individu siswa yang satu dengan siswa yang lainnya sehingga dalam kontek yang lebih luas terjadi hubungan sosial individu dengan masyarakat;
4)      Pendekatan tingkah laku, yang menekankan pada teori tingkah laku sebagai aplikasi teori behaviores. Tingkah laku individu pada dasarnya dikontrol oleh stimulus dan respon yang diberikan individu.
Demikian pula prinsip mengajar atau dasar mengajar merupakan usaha guru dalam menciptakan dan mengkondisikan situasi belajar mengajar agar siswa melakukan kegiatan belajar secara optimal.
  Ada beberapa prinsip yang berhubungan dengan mengajar yaitu sebagai berikut :
1)      Motivasi, guru hendaknya mampu memberikan dorongan kepada siswa sehingga siswa berupaya menimbulkan dan memperhatikan perhatian dalam belajar;
2)      Kerjasama dan kompetisi. Guru hendaknya menganjurkan kepada siswa untuk mengadakan kelompok belajar, sehingga dengan itu akan terjadi kompetensi antara teman-temannya, yang memungkinkan terjadinya semangat belajar yang baik;
3)      Korelasi dan integrasi. Guru hendaknya menciptakan hubungan siswa demikian harmonis, sehingga kebersamaan satu sama lainnya terjadi dijiwai oleh seluruh siswa, yang pada akhirnya intergrasi di kalangan siswa akan terjadi dengan baik;
4)      Aplikasi dan transformasi. Pemakaian dan pemindahan hasil belajar perlu sekali dalam perubahan-perbuatan belajar, karena itu hendaknya guru menanamkan sikap tidak malas;
5)      Individualitas, maksudnya Profesionalisme siswa sangat bersifat pribadi yang selalu berbeda. Oleh karena itu guru memperhatikan setiap Profesionalisme siswanya, sehingga dengan demikian guru berusaha membantu siswa kurang Profesionalismenya, sehingga dapat sejajar dengan yang lainnya.
b. Siswa dalam proses belajar mengajar
Dengan demikian siswa adalah sebagai orang yang terlibat langsung dalam proses belajar mengajar, karenanya dituntut keaktifannya dalam proses pengajaran. Sebagaimana yang dinyatakan Ahmad Rohani sebagai berikut:
“Peserta didik adalah sebagai yang terlibat langsung, sehingga dituntut keaktifannya dalam proses pengajaran. Peserta didik disebut obyek pengajaran kedua, karena pengajaran itu tercipta setelah ada beberapa arahan dan masukan dari obyek pertama (guru) selain kesediaan dan kesiapan peserta didik itu sendiri sangat diperlukan untuk terciptanya proses pengajaran”.
Siswa sebagai subyek didik dalam proses belajar mengajar menurut Nana Sudjana  dapat didasarkan kepada empat hal yaitu:
1)      Subyek didik bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri sesuai dengan wawasan pendidikan seumur hidup;
2)      Subyek didik mempunyai potensi, baik fisik maupun psikis yang berbeda-beda sehingga masing-masing subyek didik merupakan insan yang unik;
3)      Subyek didik memerlukan pembinaan individu serta perlakuan manusiawi; 
4)      Subyek didik pada dasarnya merupakan insan yang aktif menghadapi lingkungan.

1.      Supervisi klinis
Supervisi klinis adalah pembinaan kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran (Sullivan & Glanz, 2005). Menurut Sergiovanni (1987) ada dua tujuan supervisi klinis: pengembangan profesional dan motivasi kerja guru.




2.      Pelaksanaan supervisi klinis
Menurut Sullivan & Glanz (2005), ada empat langkah yaitu:
a.       perencanaan pertemuan,
b.      observasi,
c.       pertemuan berikutnya, dan
d.      repleksi kolaborasi.

Langkah-langkah perencanaan pertemuan meliputi: 1) memutuskan fokus observasi (pendekatan umum, informasi langsung, kolaboratif, atau langsung diri sendiri), 2) menetapkan metode dan formulir observasi, 3) mengatur waktu observasi dan pertemuan berikutnya. Langkah-langkah observasi: a) memilih alat observasi, b) melaksanakan observasi, c) memverifikasi hasil observasi dengan guru pada pertemuan berikutnya, d) menganalisis data hasil verifikasi dan menginterpretasi, dan e) memilih pendekatan interpersonal setelah pertemuan berikutnya. Langkah-langkah pertemuan berikunya adalah menentukan fokus dan waktu. Langkah-langkah refleksi kolaborasi: (1) menemukan nilai-nilai apa? (2) mana yang kurang bernilai, (3) apa saran-saran anda.

3.      Perbedaan Pokok Supervisi Tradisional dengan Supervisi Klinis Ditinjau dari Pendekatannya
No
Supervisi Tradisional (Preskriptif)
Supervisi Klinis (Kolaboratif)
1
Supervisor bertindak sebagai inspektur yang harus mengamankan peraturan yang berlaku.
Supervisor bertindak sebagai mitra atau rekan kerja guru.
2
Supervisor menganggap dirinya sebagai seorang ahli dan memiliki rasa super jika dibanding dengan guru yang disupervisi.
Supervisor dan guru yang disupervisi mempunyai derajat keahlian yang sama.
3
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan preskriptif (membandingkan apa yang diobservasi dengan apa yang dijadikan model).
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan inkuiri (mencoba menemukan dan memahami apa yang dilakukan guru)
4
Supervisor lebih berkuasa dari guru yang disupervisi dalam kegiatan diskusi sebelum dan sesudah observasi
Diskusi dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari pengamatan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Diskusi bersifat terbuka dan objektif.
5
Supervisi bertujuan untuk menjamin agar metode yang ditetapkan diterapkan secara benar
Supervisi bertujuan untuk membantu mengembangkan profesionalitas guru melalui kegiatan-kegiatan reflektif.










4.      Terdapat perbedaan antara supervisi non-klinis dengan supervisi klinis sebagai berikut (La Sulo, 1988:9).
No
Aspek
Supervisi non klinis
Supervisi klinis
1
Prakarsa dan tanggung jawab
Terutama oleh supervisor
Diutamakan oleh guru
2
Hubungan supervisor dengan guru
Realisasi atasan dengan bawahan
Realisasi kolegial yang sederajat dan interaktif
3
Sifat supervisi  
Cenderung direktif atau otokratif
Bantuan yang demokratis
4
Sasaran supervisi
Samar-samar atau sesuai keinginan supervisor
Diajukan oleh guru sesuai dengan kebutuhannya, dikaji bersama menjadi kontrak
5
Ruang lingkup supervisi 
Umum dan luas
Terbatas sesuai kontrak
6
Tujuan supervisi 
Cenderung evaluatif
Bimbingan yang analitis dan deskriptif
7
Peran supervisor dalam pertemuan
Banyak member tahu dan mengarahkan
Banyak bertanya untuk analisis diri
8
Balikan
Atas kesimpulan supervisor
Dengan analisis dan interprestasi bersama berdasarkan data observasi sesuai kontrak.


Supervisi klinis dapat dianalogikan dengan istilah klinis dalam dunia kesehatan yang menunjuk pada suatu tempat untuk berobat. Seorang pasien datang ke klinis bukan karena diundang dokter melainkan karena ia membutuhkan pengobatan agar sembuh dari penyakitnya. Selanjutnya, dokter mengadakan diagnosis dan resep untuk mengobati penyakit pasiennya. Dalam dunia sekolah, guru datang sendiri menemui kepala sekolah untuk meminta bantuan memecahkan permasalahan yang sedang dihadapinya.






















BAB III

 METODE PENELITIAN



A.    Pentahapan Penelitian Tindakan


1.      Peneliti menyiapkan instrumen yang berkaitan dengan :
a.                Instrumen penilaian kemampuan guru Penyusunan Rencana
     Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
b.                Lembar observasi aktivitas guru Dalam kegiatan belajar mengajar
c.                Instrumen Pengamatan proses pembelajaran
d.               Lembar observasi aktivitas siswa Dalam kegiatan belajar mengajar
e.                Instrumen Pengamatan proses pembelajaran
Pelaksanaan
Refleksi
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan  
Dan Evaluasi
Refleksi
Perencanaan
SIKLUS I
SIKLUS II
?
Pengamatan dan Evaluasi




B.     Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil lokasi di SMP N 3 Banjar Kamp. Wangun Desa Citalahab Kecamatan Banjar Kabupaten Pandeglang. Waktu Perencanaan, Pelaksanaan dan observasi dan Refleksi pada siklus I dan II  mulai tanggal 11 oktober sampai 25 oktober 2010 Pertimbangan penulis mengambil lokasi tersebut dimana guru kurang memiliki kemampuan dalam menggunakan pengadministrasian kelas terutama penyusunan RPP dan pelaksanaan di kelas .

C.    Subjek Penelitian

Semua Guru SMP N 3 Labuan Kecamatan Labuan  Kabupaten Pandeglang. Adapaun yang menjadi pertimbangan penulis mengambil subjek profesioalisme guru   dalam proses belajar mengajar  karena realisasi di lapangan jauh dari smpurna baik dalam perecanaan maupun dalam pelaksanaan.
D.       Tindakan
Peneliti ( Kepala Sekolah ) melalukan supervisi  ke kelas VII,VIII dan IX  mulai dari  penyusunan RPP sampai pada tingkat pelaksanaan pembelajaran serta evaluasi yang dilakukan.

 

E.     Teknik Pengumpulan Data

Untuk melengkapi data pendukung  dalam penyusunan penelitian Tindakan Sekolah ini dilakukan perhitungan  kuantitatif sehigga data ini mulai dari pelaksanaan siklus I dan Siklus II di presentasikan.

F.     Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan angket, lembar observasi dan wawancara
















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Kondisi Sekolah

Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian berlangsung terhadap kondisi sekolah di SMP Negeri 3 Banjar Kecamatan Banjar cukup kondusif, di mana situasi dan kondisi di lapangan mendapat dukungan dan apresiatif dari rekan-rekan guru sehingga sangat memungkinkan penelitian ini dapat berjalan dengan baik tanpa mengalami kendala yang berarti.
Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap jalannya penelitian, dimana terjalin kerja sama yang baik dengan sesama guru dan warga sekolah lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru, cukup memberikan respon yang positif, hal ini dapat dilihat dengan begitu antusiasnya mereka dalam mempersiapkan segala sesuatunya sebelum mereka masuk kelas. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja mereka untuk menghasilkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar sebagai mana yang diharapkan.

B.     Kegiatan Siklus 1
1.      Perencanaan
Pelaksanaan Penelitian pada siklus ke-1 direncanakan pada hari Selasa tanggal 19 Oktober 2010. Penelitian ini akan mengungkap tentang bagaimana Profesinalisme guru setelah dilakukan supervisi akademik oleh Kepala Sekolah. Sebelum pelaksanaan dimulai, peneliti mempersiapkan segala sesuatunya yang dibutuhkan diantaranya, mempersipakan instrumen penelitian berupa format penilaian RPP dan format pengamatan/observasi serta pedoman wawancara.
2.      Pelaksanaan/Tindakan
Pada tahap ini peneliti masuk kelas bersamaan dengan guru yang akan mengajar, selanjutnya mengadakan penilaian pada RPP yang telah dibuat guru, sambil mengamati proses jalannya pembelajaran dengan menggunakan format penilaian dan format observasi yang telah dipersiapkan.
3.      Observasi / Pengamatan
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan tindakan, dengan menggunakan instrumen yang telah tersedia. Pada tahap ini peneliti menilai jalannya proses pembelajaran, untuk melihat Profesinalisme guru dalam mengajar dengan cara mengisi format pengamatan untuk memperoleh data tentang Profesinalisme guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
4.      Refleksi
Tahap ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Berdasarkan hasil penilaian terhadap dokumen rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat guru pada siklus 1 dapat penulis deskripsikan sebagai berikut :
Tabel 4.1
Data Hasil Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Yang Dibuat Guru Pada Siklus 1

No
Nama Responden/Guru
Jumlah Nilai
Skor Akhir
Predikat


1
Kelly Ardiana, S. Pd.
24
60
C

2
Rt. Euis Ismiyati, S.Pd.
21
52,5
C

3
Diayah Juliastri, S. Pd.
21
52,5
C

4
Lia Yuliani Novita  Dewi, S. Pd
21
52,5
C

5
Elin Nopianti
22
55
C

6
Dian Puspita Sari
20
50
C

7
Hernayadi Angkara, SS




8
Endah Tri Wahyuni





Jumlah

322,5



Rata-rata

53,7



Ketercapaian (%)

53,7



Berdasarkan data di atas dapat deskripsikan bahwa untuk penilaian terhadap RPP yang telah dibuat guru pada siklus 1 diperoleh jumlah nilai 322,5 atau dengan rata-rata 53,7. Kemudian berdasarkan pada indikator keberhasilan dari 6 orang guru semuan  guru memperoleh skor akhir < 65, artinya baru 53,7 % guru yang memperoleh nilai < 65 masih jauh dari target yang telah ditentukan yaitu minimal 75 % dari jumlah guru yang membuat rencana pelaksanaan pembelajaran memperoleh skor 65.
Selanjutnya untuk data hasil pengamatan terhadap guru dalam melaksanakan proses pembelajaran pada siklus ke-1 diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.2
Data Hasil Penilaian Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Pada Siklus 1

No
Nama Responden/Guru
Jumlah Nilai
Skor Akhir
Predikat
1
Kelly Ardiana, S. Pd.
72
60
C
2
Rt. Euis Ismiyati, S.Pd.
72
60
C
3
Diayah Juliastri, S. Pd.
73
60,8
C
4
Lia Yuliani Novita  Dewi, S. Pd
72
60
C
5
Elin Nopianti
72
60
C
6
Dian Puspita Sari
71
59,16
C
7
Hernayadi Angkara, SS



8
Endah Tri Wahyuni




Jumlah

359,96


Rata-rata

59,99


Ketercapaian (%)

59,99


Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap guru yang melaksanakan proses pembelajaran dapat dijelaskan bahwa diperoleh jumlah nilai 359,96 dengan rata-rata 59,99. selanjutnya data tersebut menunjukkan dari 6 orang guru, hanya 1 orang atau hanya 59,99 % yang memperoleh skor akhir < 60. Berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditentukan bahwa minimal 75 % guru memperoleh nilai < 60 masih belum memenuhi target.
Dari data tersebut diperoleh kesimpulan bahwa perlu adanya upaya atau tindakan berikutnya agar target yang telah ditentukan dapat tercapai. Untuk melaksanakan tindakan berikutnya peneliti merencanakan ulang kegiatan yang akan dilakukan pada siklus ke-2, baik pada aspek perencanaan, tindakan, maupun pengamatan.

C.    Kegiatan Siklus 2
  1. Perencanaan
Pelaksanaan Penelitian pada siklus ke-2 direncanakan pada hari Selasa tanggal 26 Oktober 2010. Perencanaan disusun dengan memperhatikan berbagai temuan dan permasalahan yang muncul pada siklus sebelumnya yang kemudian dicari solusinya. Seperti halnya pada siklus ke-1 tahap perencanaan meliputi persiapan pengadaan dokumen dan instrumen pengamatan yang mengungkap tentang bagaimana Profesinalisme guru setelah dilakukan supervisi akademik oleh Kepala Sekolah. Sebelum pelaksanaan dimulai, peneliti mempersiapkan segala sesuatunya yang dibutuhkan diantaranya, mempersipakan instrumen penelitian berupa format penilaian RPP dan format pengamatan/observasi serta pedoman wawancara.
  1. Pelaksanaan/Tindakan
Seperti halnya pada siklus sebelumnya pada tahap ini peneliti masuk kelas bersamaan dengan guru yang akan mengajar, selanjutnya mengadakan penilaian pada RPP yang telah dibuat guru, sambil mengamati proses jalannya pembelajaran dengan menggunakan format penilaian dan format observasi yang telah dipersiapkan.
  1. Observasi /Pengamatan
Tahap ini adalah pengamatan ke-2 yang dilakukan bersamaan dengan tindakan, dengan menggunakan instrumen yang telah tersedia. Pada tahap ini peneliti menilai jalannya proses pembelajaran, untuk melihat Profesinalisme guru dalam mengajar dan mencatat semua hal yang diperlukan dengan cara mengisi format pengamatan untuk memperoleh data tentang Profesinalisme guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
  1. Refleksi
Seperti halnya pada siklus sebelumnya pada tahap ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Hasil temuan pada siklus sebelumnya kemudian disampaikan kepada guru yang memperoleh nilai kurang untuk dilakukan perbaikan dalam melaksanakan tugas berikutnya.
Berdasarkan hasil penilaian terhadap dokumen rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat guru pada siklus ke-2 dapat penulis deskripsikan sebagai berikut :                       
Tabel 4.3
Data Hasil Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Yang Dibuat Guru Pada Siklus Ke-2

No.
Nama
Responden/Guru
Jumlah
Nilai
Skor
Akhir
Predikat


1.
Kelly Ardiana, S. Pd.
27
67,5
B

2.
Rt. Euis Ismiyati, S.Pd.
26
65,2
B

3.
Diayah Juliastri, S. Pd.
27
67,5
B

4.
Lia Yuliani Novita  Dewi, S. Pd
25
62,5
B

5.
Elin Nopianti
26
65
B

6.
Dian Puspita Sari
24
60
B

7.
Hernayadi Angkara, SS




8.
Endah Tri Wahyuni





Jumlah

387,7



Rata-rata

64,6



Ketercapaian (%)

64,6



Berdasarkan data di atas dapat deskripsikan bahwa untuk penilaian terhadap RPP yang telah dibuat guru pada siklus ke-2 diperoleh jumlah nilai 387,7 ada peningkatan 100 poin dari siklus sebelumnya atau perolehan rata-rata 64,6 ada peningkatan rata-rata sebesar 9,09 poin. Kemudian berdasarkan pada indikator keberhasilan dari 6 orang guru 1 orang guru memperoleh skor akhir >59,16 artinya ada peningkatan persentase sebesar 18,18 % menjadi 64,6 % guru yang memperoleh nilai > 60. Hal ini menunjukkan bahwa target yang telah ditentukan yaitu minimal 75 % dari jumlah guru yang membuat rencana pelaksanaan pembelajaran memperoleh skor 60 dapat terlampui.
Selanjutnya untuk data hasil pengamatan terhadap guru dalam melaksanakan proses pembelajaran pada siklus ke-2 diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4.4
Data Hasil Penilaian Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Pada Siklus 2

No.
Nama
Responden/Guru
Jumlah
Nilai
Skor Akhir
Predikat


1.
Kelly Ardiana, S. Pd.
78
65
SB

2.
Rt. Euis Ismiyati, S.Pd.
76
63,03
B

3.
Diayah Juliastri, S. Pd.
79
65,08
B

4.
Lia Yuliani Novita  Dewi, S. Pd
76
63,03
B

5.
Elin Nopianti
76
63,03
B

6.
Dian Puspita Sari
75
62,05
B

7.
Hernayadi Angkara, SS




8.
Endah Tri Wahyuni





Jumlah

383,2



Rata-rata

63,8



Ketecapaian (%)

63,8



Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap guru yang melaksanakan proses pembelajaran pada siklus ke-2 dapat dijelaskan bahwa diperoleh jumlah nilai 383,2 dengan rata-rata 63,8. selanjutnya data tersebut menunjukkan dari 6 orang guru, 1 orang atau sama dengan 63,8 % memperoleh skor akhir > 60. Berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditentukan bahwa minimal 75 % guru memperoleh nilai > 60 ternyata telah tercapai.
Dari data tersebut diperoleh hasil bahwa ada peningkatan Profesinalisme guru pada setiap siklusnya baik peningkatan dalam menyusun rencana pembelajaran maupun dalam pelaksanaan proses pembelajaran, hal ini dapat dilihat berdasarkan data-data yang telah terkumpul sebagai hasil penilaian dokumen RPP maupun hasil pengamatan terhadap guru yang sedang mengajar.
D.    Pembahasan Tiap Siklus, Antar Siklus dan Perbandingan Dengan Kondisi Awal Sekolah.
Berdasarkan data-data yang diperoleh baik pada siklus k-1 maupun pada siklus ke-2 secara umum menunjukkan adanya peningkatan dengan predikat baik, setiap aspek yang dinilai mengalami peningkatan baik pada rata-rata nilai yang diperoleh maupun pada persentasi ketercapaian, dimana hasil penilaian terhadap dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada siklus 1 (59,99 %) dibandingkan dengan kondisi awal sebelum disupervisi, guru cenderung mengajar seadanya, tanpa persiapan yang matang dan terkesan konvensional. Supervisi Klinis memberikan pengaruh terhadap guru yang akan mengajar, hal ini berdasarkan data menunjukkan adanya peningkatan Profesinalisme guru dalam menyusun/membuat RPP persentasi ketercapaian menjadi 63,8 % pada siklus ke-2, sebuah peningkatan yang luar biasa, sehingga pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
Demikian juga dengan hasil pengamatan terhadap guru yang melaksanakan proses pembelajaran juga mengalami peningkatan Profesinalisme, hal ini dapat dilihat begitu antusiasnya guru mempersiapkan diri dalam mengajar. Guru merasa termotivasi untuk memperbaiki dan mengembangkan model pembelajaran. Pada kondisi awal sebelum supervisi Klinis dilaksanakan, pembelajaran kurang menarik, siswa kurang termotivasi untuk belajar. Setelah supervisi dilaksanakan menunjukkan adanya peningkatan Profesinalisme bagi guru yang berdampak positif pada aktivitas belajar siswa.
Dari data yang diperoleh dari siklus 1 ke siklus 2 mengalami peningkatan dalam pelaksanaan proses pembelajaran dari rata-rata 59,99 menjadi 63,8 artinya ada peningkatan sebesar 8,43 poin. Demikian juga dengan ketercapaian indikator keberhasilan mengalami peningkatan dari target yang telah ditentukan yakni dari 59,99 % menjadi 63,8 % artinya ada peningkatan sebesar 27,28 %. Hal ini membuktikan bahwa target 75 % guru memperoleh nilai > 60 telah tercapai.













BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh adanya peningkatan Profesinalisme guru dalam proses pembelajaran melalui supervisi Klinis yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadp guru-guru di SMP Negeri 3 Labuan Kecamatan Labuan Kabupaten Lebak. Peningkatan Profesinalisme ini dapat dilihat berdasarkan data yang diperoleh pada setiap siklusnya. Untuk penilaian RPP yang dibuat guru pada siklus 1 tingkat ketercapainnya diperoleh 63,64 % mengalami peningkatan menjadi 81,82 % pada siklus ke-2. Demikian juga dengan pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus ke 1 tingkat ketercapainnya diperoleh 45,45 % menjadi 72,73 % artinya ada peningkatan sebesar 27,28 %. Hal ini membuktikan bahwa target 75 % guru memperoleh nilai > 65 telah tercapai.

B.     Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat kiranya penulis sampaikan beberapa saran kaitannya tentang Profesinalisme guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran melalui supervisi Klinis oleh kepala sekolah adalah sebagai berikut :
1.      Bagi Guru, dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran dibutuhkan persiapan yang cukup ; terutama mempersiapkan skenario pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan motivasi siswa dalam belajar, sehingga siswa merasa tertarik dan senang mengikuti jalannya pembelajaran, hal ini akan berdampak positif terhadap hasil belajar siswa.
2.      Bagi Kepala Sekolah, salah satu tugas kepala sekolah adalah melaksanakan supervisi ; salah satunya adalah supervisi Klinis. Hal ini penting untuk dilakukan dalam rangka peningkatan Profesinalisme guru dan evalusi terhadap Profesinalisme guru dalam melaksanakan pembelajaran.
3.      Bagi Pengawas, penelitian ini dapat pula dijadikan sebagai bahan referensi dan masukan tentang pentingnya supervisi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa supervisi pengaruhnya cukup besar terhadap rekan-rekan guru sebagai bahan evaluasi dalam menilai Profesinalismenya. Semakin sering dikunjungi maka mereka akan semakin termotivasi untuk selalu mengembangkan model dan strategi pembelajaran agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan menarik. Makin banyak model yang dikembangkan makin besar harapan peningkatan kualitas pembelajaran.
















































Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu. 1997. Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia.
Hasibuan, JJ. Moedjiono. 1999. Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, 1995, Metode Penelitian Survay, Jakarta: LP3ES.
Mulyasa, 2004, Implementasi Kurikulum 2004, Panduan Pembelajaran KBK, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana, 1992., Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nurdin, Muhamad. 2004. Kiat Menjadi Guru Profesional, Jogjakarta: Prismasophie.
Rasyad, Aminuddin. 1999. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Uhamka Press.
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, 1988. Metodologi Penelitian, Bandung Tarsito.
Sugiono, 2001, Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto, 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.
Syafaruddin, 2002, Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan, Jakarta: Gramedia
Syaful Bahri Djamarah, 2000, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta.
Uzer Usman Moh, 2003, Menjadi Guru Profisional, Bandung: Remaja Rosdakarya.


















JADWAL PELAKSANAAN
PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH (PTS)
Di SMPN 3 Labuan Kab. Labuan



No
Kegiatan
Oktober
November
Ket.
Minggu Ke …
2
3
4
1
2
1
Perencanaan
X





2
Persiapan
X





3
Pelaksanaan Siklus 1

X




4
Pelaksanaan Siklus 2


X



5
Pengolahan Data


X



6
Penyusunan Laporan



X















Labuan, 15 Oktober 2010

Peneliti,



Drs. Syafri Marfilindo
                                                                              NIP. 19570906197803 1 000


















SISTEMATIKA PRESENTASI HASIL PTS


A.    Tujuan penulisan PTS ini adalah
1.      Memperoleh gambaran tentang Profesionalisme  guru dalam mengajar di kelas.
2.   Meningkatkan Profesionalisme guru dalam Proses Pembelajaran di SMP  Negeri 3 Banjar Kecamatan Kabupaten Pandeglang
B.     Ringkasan hasil PTS
Melalui dua tahap siklus, yaitu siklus 1 dan siklus 2 pemahaman Perencanaan dan  pelaksanaan pembelajaran ( RPP ) memahami cara menggunakan pembelajaran pada di di SMP Negeri 3 Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten Pandeglang mengalami peningkatan.
C.    Menyampaikan Permasalahan yang diteliti
Dari hasil pengamatan tersebut di peroleh beberapa masalah anatara lain kemampuan guru dalam penyusunan RPP atau cara menggunakan pembelajaran yang terarah masih kurang, guru hanya menggunakan buku sebagai alat/bahan pembelajaran.
D.    Menyampaikan Data Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di di SMP Negeri 3 Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten  Pandeglang. Penelitian bersama rekan guru melaksanakan pembelajaran melalui beberapa tindakan mulai dari siklus 1 dan Siklus 2 Berdasarkan data pada PTS  dapat deskripsikan bahwa untuk penilaian terhadap RPP yang telah dibuat guru pada siklus 1 diperoleh jumlah nilai 322,5 atau dengan rata-rata 53,7. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap guru yang melaksanakan proses pembelajaran dapat dijelaskan bahwa diperoleh jumlah nilai 359,96 dengan rata-rata 59,99.
E.     Menyampaikan Pembahasan Hasil PTS Siklus I dan 2         
1.      Tindakan pada siklus 1
Merupakan implementasi dari rencana pembelajaran yang telah ditentukan melalui supervisi klinis dalam pembelajaran di kelas.
2.     Menyampaikan Pembahasan Hasil PTS Siklus II
Pada siklus II ini guru dan peneliti menganalisa dan merefleksikan hasil-hasil yang telah dilaksanakan pada tindakan ini dengan hasil sebagai berikut :
1.  Kekurangan guru dalam menggunakan pedoman pembelajaran sudah di perbaiki
2.     Guru sudah mulai terlihat aktif dan dapat membuat laporan berdasarkan pengamatan yang telah dilakukannya.
3.    Guru sudah dapat mengisi lembar pengamatannya dengan tepat.
4.    Guru sudah dapat memahami dan menggunakan pembelajaran dengan baik.
F.Temuan hasil penelitian
Kemampuan dasar guru SMP  Negeri 3 Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten Pandeglang dalam penyusunan RPP  dan Pelaksanaan Proses Pembelajaran di SMP Negeri 3 Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten Pandeglang Pandeglang sudah menunjukan kondisi yang kurang mengembirakan karena terbatasnya pembelajaran yang ada.
Setelah Kepala Sekolah mengadakan Supervisi Klinis ke tiap kelas  untuk mengobservasi penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) serta mengamati Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar di SMP Negeri 3 Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten Pandeglang dapat dilakukan dengan baik. Dalam pelaksanaan pembelajaran ini dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

G. Kesimpulan dan Saran
Profesionalisme guru dalam dunia pendidikan dirasakan sangat penting, sehingga setiap ada dinamika kebijakan dalam pendidikan, guru sebagai faktor utama dalam transfer of knowledge, tanpa masalah bisa beradaptasi dengan cepat.
H. Saran
1.      Kepada semua guru peserta pembelajaran, hendaknya terus menerus dalam proses pembelajaran penyusunan RPP  . Hal ini sangat penting karena membutuhkan perencanaan didalamnya.
2.      Kepada semua guru kelas, hendaknya dapat memilih proses pembelajaran yang tepat sesuai dengan indikator,  sehingga siswa diharapkan lebih antusias dalam belajarnya.

































L A M P I R A N
(PTS)













INSTUMEN PENILAIAN
RENJANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

Nama Guru           : ………………………          Mengajar Di Kelas      : ……………..

No
Aspek Yang Dinilai
Skor
1.
Kejelasan perumusan tujuan pembelajar ( tidak menimbulkan penafsiran ganda dan mengandung prilaku hasil belajar
1   2   3   4   5
2.
Pemilihan materi ajar ( sesuai dengan tujuan dan karekteristik peserta didik )
1   2   3   4   5
3.
Pengorganisasian materi ajar ( keruntututan, sistematika materi dan kesesuan dengan alokasi waktu )
1   2   3   4   5
4.
Pemilihan sumber/media pembelajaran ( sesuai dengan tujuan, materi dan karakteristik peserta didik )
1   2   3   4   5
5.
Kejelasan skenario pembelajaran ( langkah-langkah kegiatan pembelajaran : awal, inti dan penutup )
1   2   3   4   5
6.
Kerincian skenario pembelajaran ( setiap langkah tercermin strategi/metode dan alokasi waktu pada setiap tahap )
1   2   3   4   5
7.
Kesesuaian teknik dengan tujuan pembelajaran
1   2   3   4   5
8.
Kelengkapan instrument ( soal, kunci, pedoman penskoran )
1   2   3   4   5
Skor total






Kriteria Penilaian :
Skor Ideal = 40
                                                                                          Banjar, ….. Oktober 2010
                                                                                          Peneliti,
1 = sangat tidak baik
2 = tidak baik
3 = kurang baik
4 = baik
5 = sangat baik                                                                  Drs. Syafri Marfilindo
                                                                                          NIP. 19680530 200012 1 001
Penentuan Nilai Akhir      :

NA =










INSTRUMEN
PENILAIAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Guru : …………………………                                  Mengajar Di Kelas : ………….

No.
Indikator / Aspek Yang Dinilai
Skor
I
PRAPEMBELAJARAN

1.
Memeriksa kesiapan siswa
1   2   3   4   5
2.
Melakukan kegiatan apersepsi
1   2   3   4   5
II
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN

A.
Penguasaan Materi Pembelajaran

3.
Menunjukan penguasaan materi pembelajaran
1   2   3   4   5
4.
Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
1   2   3   4   5
5.
Menyampaikan materi dengan jelas sesuai dengan hierarki belajar
1   2   3   4   5
6.
Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
1   2   3   4   5
B.
Pendekatan / Srategi Pembelajaran

7.
Melaksankan pembelajaran sesuai dengan kopetensi (tujuan) yang akan dicapai
1   2   3   4   5
8.
Melaksanakan pembelajaran secara runtut
1   2   3   4   5
9.
Menguasai kelas
1   2   3   4   5
10.
Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual
1   2   3   4   5
11.
Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif
1   2   3   4   5
12.
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan
1   2   3   4   5
C.
Pemanfaatan Sumber Belajar / Media Pembelajaran

13.
Mengguanakan media secara efektif dan efisien
1   2   3   4   5
14.
Menghasilkan pesan yang menarik
1   2   3   4   5
15.
Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media
1   2   3   4   5
D.
Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa

16.
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
1   2   3   4   5
17.
Menunjukan sikap terbuka terhadap respon siswa
1   2   3   4   5
18.
Menumbuhkan antusiasme siswa dalam belajar
1   2   3   4   5
E.
Penilaian Proses dan Hasil Belajar

19.
Memantau kemajuan belajar selama proses
1   2   3   4   5
20.
Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi  (tujuan)
1   2   3   4   5
F.
Penggunaan Bahasa

21.
Menggunakan bahasa lisan dan tulisan secara jelas, baik dan benar
1   2   3   4   5
22.
Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai
1   2   3   4   5
III
PENTUP

23.
Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa
1   2   3   4   5
24.
Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, kegiatan atau tugas sebagai bagian remedial / pengayaan
1   2   3   4   5
Total Skor


Kriteria Penilaian :                                                            Banjar, ….. Oktober 2010
Skor Ideal = 120                                                               Peneliti,
1 = sangat tidak baik
2 = tidak baik
3 = kurang baik
4 = baik                                                                             Drs. Syafri Marfilindo
5 = sangat baik                                                                  NIP. 19680530 200012 1 001
Penentuan Nilai Akhir      :

NA =